Sabtu, 21 September 2013

SENJA DI PELABUHAN KECIL (Chairil Anwar)

buat: Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut 


Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. 


Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap 


1946

SEPERTI MATAHARI (Faisal Kamandobat)

Seperti matahari, cinta ini
Tak seorang pun menciptanya,
Bahkan kau dan aku, bahkan mawar
Yang berguru pada musim
Serta para rahib
Yang tekun menyimak wahyu.

Mereka tidak mampu 
Mencipta cinta.


Tapi, kita yang polos dan berdosa
Dapat memilikinya:
Tanpa berguru pada musim
Dan menjadi pertapa
Cinta membuat kita mampu
Mengerti segalanya.

Maka setiap kali membuka mata
Wajahmu dan wajahku ikut terbuka
Layaknya kitab yang dapat dibaca 
Dari arah mana saja
Dan memberi makna
Sebanyak yang kita minta.

Tapi, kita tak pernah 
Tuntas mempelajarinya.

Maka kita yang jatuh cinta
Akan menderita
Lebih dalam dari ratap para rahib
Lebih getir dari nyanyian mawar
Di musim kering.

AKU (Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari 
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


Maret 1943

KEPADA SETIAP MAWAR (Alfiyan Harfi)

janganlah takut bila terpikirkan olehmu
kelopakmu yang indah akan layu
lalu gugur dan tenggelam
ke dalam debu yang dulu menyimpan
kerinduan benihmu

janganlah takut, karena bila kau takut
bagaimana mereka akan bahagia mendapatimu
memancarkan warna merah yang duka
maka dengan segenap keindahan dan durimu

tadahkan seluruh dirimu mencecap syukur
kepada musim dan matahari yang memberimu
beberapa menit yang indah—atau satu detik
dalam keindahan yang luas dan abadi

KEPADA YANG TERSEMBUNYI (Alfiyan Harfi)

aku melihat sungai
mengalir di wajahmu
udara adalah kulitmu
dan matamu kulihat
pada segala yang kulihat
serupa cermin yang murni

sekali kau berkata padaku
lewat bunga yang mekar
serupa merah bibirmu
serupa keabadian
yang jatuh ke dalam waktu

engkau adalah peristiwa
yang runtuh di masa lalu
engkau adalah masa depan
yang menyusup
ke dalam mimpi sadar

dan di mana aku melangkah
melewati hamparan pasir
yang melayang di angkasa
aku pergi melewatimu: